Cool Blue Outer Glow Pointer

Kamis, 29 November 2018

MATEMATIKA KELAS 5

MATEMATIKA KELAS 5 BAB Bilangan Bulat

Bilangan Bulat

A. Sifat-sifat Operasi Hitung Bilangan Bulat 
 1. Sifat Komutatif
     a. Sifat komutatif pada penjumlahan
Pernahkan kamu menemukan arti komutatif. Komutatif artinya pertukaran. Sebenarnya apa yang di tukar? Yang ditukar adalah letak suatu bilangan. Sifat komutatif dibedakan menjadi 2, yaitu: Tahukan kamu yang termasuk bilangan bulat? Yang termasuk bilangan bulat adalah bilangan positif, nol, dan negatif. Untuk lebih mudah memahami, jika diam berarti nol. Jika kamu maju ke depan berarti bilangan positif. Sedang jika kamu melangkahkan kaki ke belakang/mundur itu disebut bilangan negatif. Perhatikan garis bilangan berikut.
–7 –6 –5 –4 –3 –2 –1 0 1 2 3 4 5 6 7bilangan negatif bilangan positif kiri kananCara membacanya:
1. Sifat komutatif pada penjumlahan.
    a + b = b + a
2. Sifat komutatif pada perkalian.
    a × b = b × a  
B. Membulatkan Bilangan
1. Membulatkan Ke Satuan Terdekat 
0 1 2 3 4 5 6 7 8 
Perhatikan nomor garis bilangan di atas.
Garis bilangan itu 7 cm lebih 4 mm = 7,4 cm. Garis tersebut lebih dekat ke 7 cm atau 8 cm ? Tentu jawaban kamu lebih dekat ke 7 cm. Mengapa? Karena untuk ke 8 cm kamu harus menambah 6 mm sedangkan ke 7
cm cukup mundur 4 mm. Inilah yang disebut membulatkan ke satuan terdekat 
maka dibulatkan menjadi 1 satuan.
2. Membulatkan Ke Puluhan Terdekat 
 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
      B                            A
Perhatikan gambar di atas.
1. Titik A lebih dekat ke angka 40 atau 50?
2. Titik B lebih dekat ke angka 40 atau 50?
Kamu tentu sudah menjawabnya yaitu:
- Titik A di angka 47 lebih dekat ke angka 50. Mengapa? Karena angka 7 lebih dekat ke 10.
- Titik B di angka 41 lebih dekat ke angka 40. Mengapa? Karena angka 1 lebih dekat ke 0. 
3. Membulatkan Ke Ratusan Terdekat
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
             A                  B
Agar kamu lebih jelas dan mendalam perhatikan gambar berikut.
700 740 750 790 800
        C            D
Perhatikan gambar di atas.
- Titik A di angka 30 maka dibulatkan ke 0. Karena 30 lebih dekat ke 0
- Titik B di angka 70 maka dibulatkan 100. Karena 70 lebih dekat ke 100.
- Titik C di angka 740 maka dibulatkan ke 700. Karena 40 lebih dekat ke 0 daripada 100.
- Titik D di angka 790 maka dibulatkan ke 800. Karena 90 lebih dekat ke 100.  
4. Membulatkan Ke Ribuan Terdekat
Perhatikan garis bilangan berikut:
Dapatkah kamu membulatkan titik A, B, C dan D. Ayo kita pelajari bersama dan perhatikan penjelasan berikut ini:
- Titik A di angka 315 maka dibulatkan ke 0. Karena 315 lebih dekat ke 0
- Titik B di angka 674 maka dibulatkan ke 1000. Karena 674 lebih dekat ke 1000 daripada ke 0
- Titik C di angka 4225 maka dibulatkan ke 4000. Karena 225 lebih dekat ke 0 daripada 1000
- Titik D di angka 4750 maka dibulatkan ke 5000. Karena 750 lebih dekat ke 1000 daripada ke 0.
0 315 674 1000
    A      B
4000 5000
   C     D
4225 4750
C. Menaksir Hasil Operasi Hitung 
Pernahkah kamu mengukur baik berat maupun fungsi tanpa alat ukur. Tentu jawaban kamu tidak akan tepat. Tetapi paling tidak mendekati benar. Untuk mengukur tanpa alat diperlukan membuat perkiraan atau taksiran. Untuk membuat taksiran, harus mengingat prinsip-prinsip membulatkan suatu bilangan  Berapa taksiran ke puluhan terdekat dari 42 + 57. Untuk menjawabnya
kamu bisa menaksir dalam 3 macam, yaitu:
1. Taksiran tinggi
     42 dibulatkan ke atas menjadi 50
     57 dibulatkan ke atas menjadi 60
     Jadi taksiran tinggi 42 + 57 = 50 + 60 = 110
2. Taksiran rendah
     42 dibulatkan ke bawah menjadi 40
     57 dibulatkan ke bawah menjadi 50
     Taksiran rendah dari 42 + 57 = 40 + 50 = 90
3. Taksiran terbaik
     42 dibulatkan ke bawah menjadi 40
     57 dibulatkan ke atas menjadi 60
     Taksiran terbaik dari 42 + 57 = 40 + 60 = 100  
D. Menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dengan        Faktor Prima
1. Menentukan KPK
a. Bilangan prima
    Masih ingatkah kamu arti bilangan prima? Bilangan prima adalah bilangan yang hanya memiliki tepat dua     faktor. Yaitu 1 dan bilangan itu sendiri.
Contoh : 7 = 1 × 7
b. Menentukan faktor prima  
20
1
2
4

20
10    5

Faktor dari 20 adalah 1, 2, 4, 5, 10 dan 20
Jadi, faktor prima dari 20 adalah 2 dan 5.  
c. Menentukan faktorisasi prima  
Faktorisasi prima adalah bilangan yang dinyatakan sebagai perkalian
dari faktor-faktor prima berpangkat.
Ada dua cara, yaitu:
1. Membagi bilangan prima
    40/2 20/2 10/2 5
2. pohon faktor 
     40
    2 /\ 20
    2 /\ 10
    2 /\  5
Jadi, faktorisasi prima dari 40 = 2 × 2 × 2 × 5 = 2× 5 
  d. Menentukan KPK dan FPB
  1. Menentukan KPK
KPK singkatan dari Kelipatan Persekutuan Terkecil. KPK dari dua atau tiga bilangan didapat dari perkalian faktor prima. Jika ada faktor bersekutu maka pilih pangkat terbesar.  
E. Pengerjaan Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat 
1. Penjumlahan bilangan bulat 
Menjumlahkan dua bilangan bulat dengan menggunakan garis bilangan. 
F. Menghitung Perpangkatan dan Akar 
1. Mengenal arti perpangkatan
3= 3 × 3 = 9
6
= 6 × 6 = 36
2
= 2 × 2 = 4
4
= 4 × 4 = 16 
2. Mengerjakan operasi bilangan berpangkat 
3. Penarikan akar
Kamu telah mempelajari bilangan pangkat dua. Bilangan kuadrat hasil pemangkatan 2 misalnya 1, 4, 9, 25, 36 dan seterusnya. Jika kamu telah mengerti bilangan pangkat dua maka akan mudah mempelajari akar pangkat karena penarikan akar merupakan kebalikannya.  
G. Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan Operasi Hitung, KPK, dan FPB 
Contoh :
Kakak mempunyai 60 permen dan 36 coklat. Kakak akan membagikan kepada teman-temannya sama banyak. Berapa banyak masing-masing permen dan coklat pada setiap orang? Jawab:
- Tentukan FPB dari 60 dan 36
60 = 2 × 2 × 3 × 5 = 2
× 3 × 5
36 = 2 × 2 × 3 × 3 = 2
× 32FPB dari 60 dan 36 adalah 2× 3 = 12
Tiap orang memperoleh permen sebanyak 60 : 12 = 5
Tiap orang memperoleh coklat sebanyak 36 : 12 = 3 

MATEMATIKA KELAS 5 BAB Pengukuran

Pengukuran


1.    Waktu
A.      Pengertian Pengukuran waktu
Pengukuran adalah suatu proses memberikan bilangan kepada kualitas fisik panjang, kapasitas, volume, luas, sudut, berat (massa), dan suhu (kennedy dan Tips, 1994). 
Waktu atau masa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu merupakan interval antara dua buah keadaan/kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian.
Pengukuran waktu adalah suatu proses memberikan bilangan kepada seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu merupakan interval antara dua buah keadaan/kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian. 
B.       Pengertian Detik, Menit & Jam
a.       Satuan Waktu Detik
Detik adalah satuan waktu terkecil yang digunakan dalam penanggalan waktu. Detik juga digunakan sebagai satuan besaran waktu yang menyatakan durasi. Satu detik ditentukan berdasarkan kesepakatan yang ditentukan secara internasional.
b.      Satuan Waktu Menit
Satu menit berapa detik? Menit adalah satuan waktu yang terdiri dari 60 detik. Satu menit sama dengan 60 detik. Contohnya 0,5 menit sama dengan 30 detik, 2 menit terdiri dari 120 detik, 3 menit sama dengan 180 detik, dan seterusnya. Satuan detik juga disebut sekon yang berasal dari bahasa Inggris “second”.
C.      Satuan Waktu Jam
Satu jam berapa menit? Jam adalah satuan waktu yang terdiri dari 60 menit. Satu jam sama dengan 60 menit. Contohnya 0,5 jam sama dengan 30 menit, 3 jam terdiri dari 180 menit, 6 jam sama dengan 360 menit, dan seterusnya.
Satu jam berapa detik? Karena 1 jam = 60 menit dan 1 menit = 60 detik, maka 1 jam = 60 x 60 detik = 3600 detik.
2.    Jarak Dan Kecepatan
A.      Jarak
Konsep jarak berkaitan dengan panjang garis terpendek yang menghubungkan dua titik. Dan jarak merupakan panjang lintasan yang dilalui
 Misalnya dalam kehidupan nyata jarak kota A-B 130 km.
Contoh :
Jarak kota A ke kota B pada peta itu 3,5 cm. skala peta 1;600.000, tentukan jarak sebenarnya!
Jawab : jarak sebenarnya = jarak pada peta x skala
                                                     = 3,5 x 600.000
                                                     = 2.100.000 cm
                                                     = 21 km.
Jadi,jarak kota A ke kota B adalah 21 km.
B.       Kecepatan
Kecepatan adalah besaran yang menunjukkan seberapa cepat benda berpindah, dan kecepatan rata-rata adalah perbandingan antara seluruh jarak yang di tempuh oleh suatu benda terhadap seluruh waktu yang di perlukan. Dan satuan kecepatan yang sering di gunakan adalah (km/jam) dan (m/s). untukmengubah satuan kecepatan dari km/jam atau m/s,contoh soal di bawah ini :
Contoh :
75 km/jam = … m/s.
Jawab : 75 km/ 1jam = 75.000 m /60 menit = 75.000 m(60x60)
            = 75.000 m/3600 sekon = 20 m/s
Jadi, 72 meter/detik = 20 meter/detik.
   3.    Sudut
Ada 3 macam pengukuran sudut, yaitu :
A.      Sudut siku-siku, adalah sudut yang besarnya 90° (= 90°)
B.       Sudut lancip, adalah sudut yang besarnya lebih kecil dari sudut siku-siku (< 90°)
C.        Sudut tumpul, adalah sudut yang besarnya lebih besar dari sudut siku-siku (> 90°)

MATEMATIKA KELAS 5 BAB Luas Bangun Datar

Luas Bangun Datar


Bangun Datar
Bangun datar adalah sebuah obyek benda dua dimensi yang dibatasi oleh garis-garis lurus atau garis lengkung. Karena bangun datar merupakan bangun dua dimensi, maka hanya memiliki ukuran panjang dan lebar oleh sebab itu maka bangun datar hanya memiliki luas dan keliling.
Sebelum membahas mengenai jenis-jenis bangun datar, berikut ini ada beberapa istilah yang sering dipakai dalam materi bangun datar :
1. Sisi
Sisi adalah garis pembatas dari suatu bidang datar.
2. Sudut
Sudut adalah besaran rotasi antara dua garis, antara dua bidang, atau antara garis dengan bidang.
3. Diagonal Bidang
Diagonal Bidang adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan pada setiap bidang.
4. Simetri Lipat
Simetri lipat adalah suatu proses pelipatan bidang datar menjadi dua bagian dengan bentuk dan ukuran yang sama pada setiap bagiannya. Garis yang menjadi garis lipatan tersebut dinamakan garis simetri atau sumbu simetri. Beberapa bidang datar ada yang memiliki simetri lipat, ada pula yang tidak. Banyaknya jumlah cara lipatan yang terjadi menunjukan banyaknya simetri putar bangun tersebut.
1. Persegi
Sifat-sifat Persegi
Memiliki empat sisi serta empat titik sudut
Memiliki dua pasang sisi yang sejajar serta sama panjang
Keempat sisinya sama panjang
Keempat sudutnya sama besar yaitu 90° ( sudut siku-siku )
Memiliki empat buah simetri lipat
Memiliki empat simetri putar
Rumus luas persegi :
Luas = sisi x sisi
Rumus keliling persegi :
Keliling = 4 x sisi
2. Persegi Panjang
Sifat-sifat Persegi Panjang
Memiliki empat sisi serta empat titik sudut
Memiliki dua pasang sisi sejajar yang berhadapan dan sama panjang
Keempat sudutnya sama besar yaitu 90° ( sudut siku-siku )
Memiliki dua diagonal yang sama panjang
Memiliki dua buah simetri lipat
Memiliki dua simetri putar
Rumus luas persegi panjang :
Luas = panjang x lebar
Rumus keliling persegi panjang :
Keliling = 2 x ( panjang + lebar )
3. Jajar Genjang
Sifat-sifat Jajar Genjang
Memiliki empat sisi dan empat titik sudut
Memiliki dua pasang sisi yang sejajar dan sama panjang
Memiliki dua buah sudut tumpul dan dua buah sudut lancip
Sudut yang berhadapan sama besar
Diagonal yang dimiliki tidak sama panjang
Tidak memiliki simetri lipat
Memiliki dua simetri putar
Rumus luas jajar genjang :
Luas = alas x tinggi
Rumus keliling jajar genjang :
Keliling = (2 x alas) + (2 x tinggi)
4. Belah Ketupat
Sifat-sifat Belah Ketupat
Memiliki empat buah sisi dan empat buah titik sudut
Keempat sisinya sama panjang
Dua pasang sudut yang berhadapan sama besar
Diagonalnya berpotongan tegak lurus
Memiliki dua buah simetri lipat
Memiliki simetri putar tingkat dua
Rumus Luas Belah Ketupat :
Luas = 1/2 x diagonal 1 x diagonal 2
Rumus Keliling Belah Ketupat :
Keliling = jumlah panjang sisi belah ketupat
5. Trapesium
Sifat-sifat Trapesium
Memiliki empat sisi dan empat titik sudut
Memiliki sepasang sisi yang sejajar tetapi tidak sama panjang
Sudut-sudut diantara sisi sejajar besarnya 180°
Rumus Luas Trapesium:
Luas = Description: 1/2 \times ( sisi AB + sisi DC ) \times tinggi
Rumus Keliling Trapesium :
Keliling = jumlah semua sisi trapesium.
6. Layang-Layang
Sifat-sifat Layang-Layang
Memiliki empat sisi dan empat titik sudut
Memiliki dua pasang sisi yang sama panjang
Memiliki dua sudut yang sama besarnya
Diagonalnya berpotongan tegak lurus
Salah satu diagonalnya membagi diagonal yang lain sama panjang
Memiliki satu simetri lipat
Rumus Luas Layang-Layang :
Luas = 1/2 x diagonal 1 x diagonal 2
Rumus Keliling Layang-Layang :
Keliling = Jumlah semua sisi layang-layang
7. Segitiga
Sifat-sifat Segitiga
Mempunyai 3 sisi dan tiga titik sudut
Jumlah ketiga sudutnya 180
Rumus Luas Segitiga :
Luas = 1/2 x alas x tinggi
Rumus Keliling Segitiga :
Keliling = jumlah panjang sisi segitiga
8. Lingkaran
Sifat-sifat Lingkaran
Mempunyai satu sisi
Memiliki simetri putar dan simetri lipat tak berhingga
Rumus Luas Lingkaran:
Luas = Description: \piphi x r x r
Rumus Keliling Belah Ketupat :
Keliling = jumlah panjang sisi belah ketupat
Demikian jenis-jenis dari bangun ruang beserta sifat dan rumusnya.

MATEMATIKA KELAS 5 BAB Volume Kubus dan Balok

Volume Kubus dan Balok



Rumus Volume Kubus
Tentu kalian semua sudah tahu bahwa kubus termasuk ke dalam bentuk bangun ruang khusus karena setiap sisi atau rusuknya memiliki ukuran yang sama panjang. Di dalam rumus volume kubus kita tidak akan menemukan istilah panjang, lebar, ataupun tinggi kita hanya akan menggunakan istilah rusuk atau sisi (s). Mari kita simak contoh gambar sebuah kubus berikut ini:
Untuk mencari volume dari kubus seperti pada gambar di atas, kita bisa menggunakan rumus volume kubus berikut ini:
Volume Kubus = rusuk x rusuk x rusuk

V = s.s.s

V = S3

Dari konsep rumus volume kubus ini kita nantinya bisa mengetahui konsep rumus balok. Untuk memahaminya dengan lebih mudah, mari kita simak cara penggunaan rumus tersebut dalam contoh-contoh soal di bawah ini:

Contoh Soal 1

Diketahui panjang salah satu sisi dari sebuah kubus adalah 4cm. Maka berapakah volume dari kubus tersebut?

Jawab:

V = sisi x sisi x sisi

V = 4cm x 4cm x 4cm

V = 64cm3

Rumus Volume Balok

Balok Sebenarnya sangat mirip dengan kubus namun rusuk-rusuk yang ada pada kubus memiliki ukuran yang berbeda. Oleh karena itu, pada rumus volume kubus kita akan menggunakan istilah panjang lebar dan tinggi. Simak gambar balok di bawah ini:

Volume sebuah balok bisa diketahui dengan cara menghitung luas alas dari balok tersebut lalu dikalikan dengan tingginya. Karena bentuk alas dari sebuah balok adalah persegi panjang, maka untuk mencari luas alasnya digunakan rumus:
Luas Alas Balok = Panjang X Lebar

Luas Alas Balok = p x l

maka kemudian rumus volume balok menjadi seperti ini:

Volume Balok = Luas Alas X Tinggi

Volume Balok = Panjang x Lebar x Tinggi

Volume Balok = p x l x t

Mari kita coba perhatikan penggunaan rumus tersebut pada contoh soal berikut ini:

Contoh Soal 2

Sebuah kolam renang memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi berturut-turut 350cm, 500cm, dan 230cm. maka berapakah volume dari kolam renang tersebut?

Jawab:

V = p x l x t

V = 350cm x 500cm x 230 cm

V = 40250000 cm3

Contoh Soal dan Pembahasan Tentang Volume Kubus dan Balok: 

Contoh Soal 3

Coba kalian perhatikan gambar berikut ini:

Pada gambar di atas terdapat sebuah balok yang diatasnya terletak sebuah kubus. Apabila balok tersebut memiliki panjang 10 cm, lebar 3 cm, dan tinggi 4 cm. Hitunglah volume dari balok tersebut dan juga volume kubus yang ada di atasnya!
Jawab:

Pertama-tama kita harus mencari volume dari balok terlebih dahulu.

V = p x l x t

V = 10 cm x 3 cm x 4 cm

V = 120 cm3

Kemudian kita hitung volume kubusnya. Lihatlah posisi kubus diatas, panjang sisinya sama dengan lebar balok. Maka panjang sisi kubus tersebut adalah 3cm.

V = s x s x s

V = 3 x 3 x 3

V = 27cm3

Maka, volume keseluruhan dari bangun ruang di atas adalah: 120 + 27 = 147cm3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar